ANALISIS USAHA
BUDIDAYA JANGKRIK
Langkah utama yang harus kita lakukan dalam budidaya jangkrik ini adalah
penentuan lokasi tempat penyimpanan dan lokasi usaha jangkrik tersebut, ada
beberapa persyaratan yang harus kita perhatikan diantaranya :
o
Lokasi budidaya harus tenang,
o
Teduh (Tidak terkena sinar matahari
secara langsung atau berlebihan);
o
mendapat sirkulasi udara yang baik.
o
Bebas dari predator / pemangsa
o
Jauh dari kandang ayam atau unggas
o
Lokasi jauh dari sumber-sumber
kebisingan seperti pasar, jalan raya dan lain sebagainya.
Selain hal tersebut
diatas masih banyak lagi hal-hal yang berkaitan dengan budidaya jangkrik, yang
akan kami uraikan selanjutnya.
2.1. Tahap Penyiapan
Sarana dan Peralatan
2.1.1 Pembuatan kandang
Jangkrik merupakan jenis hewan
nokturnal atau melakukan kegiatan diwaktu malam hari, maka kandang jangkrik
jangan diletakkan dibawah sinar matahari, tempatkan di lokasi yang teduh dan
gelap. Sebaiknya dihindarkan dari lalu lalang orang lewat terlebih lagi untuk
kandang peneluran. Untuk menjaga kondisi kandang yang mendekati habitatnya,
maka dinding kandang diolesi dengan lumpur sawah dan diberikan daun-daun kering
seperti daun pisang, daun sukun dan daun-daun lainnya untuk tempat
persembunyian disamping untuk menghindari dari sifat kanibalisme dari jangkrik.
Dinding atas kandang bagian dalam
sebaiknya dilapisi lakban keliling agar jangkrik tidak merayap naik sampai
keluar kandang. Disalah satu sisi dinding kandang dibuat lubang yang ditutup
kasa untuk memberikan sirkulasi udara yang baik dan untuk menjaga kelembapan
kandang.
Kandang jangkrik biasanya berbentuk persegi panjang dengan
ketinggian 30-50 cm, lebar 60-100 cm sedangkan panjangnya 120-200 cm. Kotak
(kandang) dapat dibuat dari kayu dengan rangka kaso, namun untuk mengirit biaya,
maka dinding kandang dapat dibuat dari triplek. Kandang biasanya dibuat
bersusun, dan kandang paling bawah mempunyai minimal empat kaki penyangga.
Untuk menghindari gangguan binatang seperti semut, tikus, cecak dan serangga
lainnya, maka keempat kaki kandang dialasi mangkuk yang berisi air, minyak
tanah atau juga vaseline (gemuk) yang dilumurkan ditiap kaki penyangga
2.2.1 Tahap
Pembibitan
a. Pemilihan Bibit
dan Calon Induk
Calon induk jangkrik
yang baik adalah jangkrik-jangkrik yang berasal dari tangkapan alam bebas,
karena biasanya memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik. Kalaupun induk betina
tidak dapat dari hasil tangkapan alam bebas, maka induk dapat dibeli dari
peternakan. Sedangkan induk jantan diusahakan dari alam bebas, karena lebih agresif.
Sebagi pedoman
ciri-ciri indukan, induk betina, dan induk jantan yang adalah sebagai berikut:
Indukan betina:
·
sungutnya (antena) masih panjang dan
lengkap.
·
kedua kaki belakangnya masih lengkap.
·
bisa melompat dengan tangkas, gesit dan
kelihatan sehat.
·
badan dan bulu jangkrik berwarna hitam
mengkilap.
·
pilihlah induk yang besar
·
jangan memilih jangkrik yang
mengeluarkan zat cair dari mulut dan duburnya apabila dipegang.
Induk jantan:
·
selalu mengeluarkan suara mengerik.
·
permukaan sayap atau punggung kasar dan
bergelombang.
·
tidak mempunyai ovipositor di ekor.
·
Induk betina:tidak mengerik,permukaan
punggung atau sayap halus.
·
ada ovipositor dibawah ekor untuk
mengeluarkan telur.
B. Perawatan Bibit
dan Calon Induk
Setelah diperoleh bibit
yang bagus, tahapan selanjutnya adalah perawatan bibit. Perawatan jangkrik yang
sudah dikeluarkan dari kotak penetasan berumur 10 hari harus benar-benar
diperhatikan dan dikontrol makanannya, karena pertumbuhannya sangat pesat.
Sehingga kalau makanannya kurang, maka anakan jangkrik akan menjadi kanibal
memakan anakan yang lemah. Selain itu perlu juga dikontrol kelembapan udara
serta binatang pengganggu, yaitu, semut, tikus, cicak, kecoa dan laba-laba.
Untuk mengurangi sifat kanibal dari jangkrik, maka makanan jangan sampai
kurang. Makanan yang biasa diberikan antara lain ubi, singkong, sayuran dan
dedaunan serta diberikan bergantian setiap hari.
C. Pengembangbiakan
Budidaya
jangkrikSampai saat ini pembiakan Jangkrik yang dikenal adalah dengan
mengawinkan induk jantan dan induk betina, sedangkan untuk bertelur ada yang
alami dan ada juga dengan cara caesar. Namun risiko dengan cara caesar induk
betinanya besar kemungkinannya mati dan telur yang diperoleh tidak merata
tuanya sehingga daya tetasnya rendah.
D. Reproduksi dan
Perkawinan
Pada umumnya indukan
jangkrik dapat memproduksi telur yang daya tetasnya tinggi ± 80-90 % apabila diberikan makanan yang
bergizi tinggi. Setiap peternak mempunyai ramuanramuan yang khusus diberikan
pada induk jangkrik antara lain: bekatul jagung, ketan item, tepung ikan,
kuning telur bebek, kalk dan kadang-kadang ditambah dengan vitamin. Disamping
itu suasana kandang harus mirip dengan habitat alam bebas, dinding kandang
diolesi tanah liat, semen putih dan lem kayu, dan diberi daun-daunan kering
seperti daun pisang, daun jati, daun tebu dan serutan kayu.
Jangkrik biasanya
meletakkan telurnya dipasir atau tanah. Jadi didalam kandang khusus peneluran
disiapkan media pasir yang dimasukkan dipiring kecil. Perbandingan antara
betina dan jantan 10 : 2, agar didapat telur yang daya tetasnya tinggi. Apabila
jangkrik sudah selesai bertelur sekitar 5 hari, maka telur dipisahkan dari
induknya agar tidak dimakan induknya kemudian kandang bagian dalam disemprot
dengan larutan antibiotik (cotrymoxale).Selain peneluran secara alami, dapat
juga dilakukan peneluran secara caesar. Akan tetapi kekurangannya ialah telur
tidak merata matangnya (daya tetas).
E. Proses kelahiran
Sebelum penetasan
telur sebaiknya terlebih dahulu disiapkan kandang yang permukaan dalam kandang
dilapisi dengan pasir, sekam atau handuk yang lembut. Dalam satu kandang cukup
dimasukkan 1-2 sendok teh telur dimana satu sendok teh telur diperkirakan
berkisar antara 1.500-2.000 butir telur. Selama proses ini berlangsung warna
telur akan berubah warna dari bening sampai kelihatan keruh. Kelembaban telur
harus dijaga dengan menyemprot telur setiap hari dan telur harus dibulak-balik
agar jangan sampai berjamur. Telur akan menetas merata sekitar 4-6 hari.
III. Tahap
Pemeliharaan
1. Sanitasi dan
Tindakan Preventif
Dalam
budidayabjangkrik, kebersihan/sanitasi merupakan faktor yang sangat penting.
Untuk menghindari adanya zat-zat atau racun yang terdapat pada bahan kandang,
maka sebelum jangkrik dimasukkan kedalam kandang, ada baiknya kandang
dibersihkan terlebih dahulu dan diolesi lumpur sawah. Untuk mencegah gangguan
hama, maka kandang diberi kaki dan setiap kaki masing-masing dimasukkan kedalam
kaleng yang berisi air.
2. Pengontrolan
Penyakit
Meskipun pada awal
sudah dilakukan upaya pemilihan bibit dengan kualitas baik, sehat ada kalanya
timbul serangan penyakit. Untuk pembesaran jangkrikn dipilih jangkrik yang
sehat dan dipisahkan dari yang sakit. Pakan ternak harus dijaga agar jangan
sampai ada yang berjamur karena dapat menjadi sarang penyakit. Kandang dijaga
agar tetap lembab tetapi tidak basah, karena kandang yang basah juga dapat
menyebabkan timbulnya penyakit.
3. Perawatan Ternak
Perawatan jangkrik
disamping kondisi kandang yang harus diusahakan sama dengan habitat aslinya,
yaitu lembab dan gelap, maka yang tidak kalah pentingnya adalah gizi yang cukup
agar tidak saling makan (kanibal).
4. Pemberian Pakan
Faktor yang berperan
penting dalam setiap budidaya adalah pemberian pakan. Demikian juga halnya dalam
budidaya jangkrik ini. Anakan umur 1-10 hari diberikan Voor (makanan ayam)
yang dibuat darikacang kedelai, beras merah dan jagung kering yang dihaluskan.
Setelah vase ini, anakan dapat mulai diberi pakan sayur-sayuran disamping
jagung muda dan gambas. Sedangkan untuk jangkrik yang sedang dijodohkan, diberi
pakan antara lain : sawi, wortel, jagung muda, kacang tanah, daun singkong
serta ketimun karena kandungan airnya tinggi. Bahkan ada juga yang menambah
pakan untuk ternak yang dijodohkan anatar lain : bekatul jagung, tepung ikan,
ketan hitam, kuning telur bebek, kalk dan beberapa vitamin yang dihaluskan dan
dicampur menjadi satu.
5. Pemeliharaan
Kandang
Untuk kebersihan dan
kesehatan kandang , air dalam kaleng yang terdapat dikaki kandang, diganti
setiap 2 hari sekali dan kelembapan kandang harus diperhatikan serta diusahakan
agar bahaya jangan sampai masuk kedalam kandang.
FAKTOR PENGGANGGU
Penyakit, Hama dan
Penyebabnya
Sampai sekarang belum
ditemukan penyakit yang serius menyerang jangkrik. Biasanya penyakit itu timbul
karena jamur yang menempel di daun. Sedangkan hama yang sering mengganggu
jangkrik adalah semut atau serangga kecil, tikus, cicak, katak dan ular.
Pencegahan Serangan
Hama dan Penyakit
Untuk menghindari
infeksi oleh jamur, maka makanan dan daun tempat berlindung yang tercemar jamur
harus dibuang. Hama pengganggu jangkrik dapat diatasi dengan membuat dengan
membuat kaleng yang berisi air, minyak tanah atau mengoleskan gemuk pada kaki
kandang.
PEMANENAN
Hasil Utama
Dari budidaya
jangkrik, peternak jangkrik dapat memperoleh 2 (dua) hasil utama yang nilai
ekonomisnya sama besar, yaitu: telur yang dapat dijual untuk peternak lainnya
dan jangkrik dewasa untuk pakan burung dan ikan serta untuk tepung jangkrik.
Penangkapan
Telur yang sudah
diletakkan oleh induknya pada media pasir atau tanah, disaring dan ditempatkan
pada media kain yang basah. Untuk setiap lipatan kain basah dapat ditempatkan 1
sendok teh telur yang kemudian untuk diperjual belikan. Sedangkan untuk
jangkrik dewasa umur 40-55 hari atau 55-70 hari dimana tubuhnya baru mulai
tumbuh sayap, ditangkap dengan menggunakan tangan dan dimasukkan ketempat
penampungan untuk dijual.
Budidaya jangkrik ini
sangat menguntungkan, karena setiap fase jangkrik dapat dipasarkan dari telur,
jangkrik muda ataupun jangkrik dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar